Laporan Pembuatan Pewarnaan Bakteri

 Laporan Pratikum

Pembuatan Pewarnaan Bakteri





DISUSUN OLEH:

 

Nama          : Erista Tanjung Rizky

NPM           : F0I020063

Kelas          : 1a

Semester     : 2

Nama Dosen : Suci Rahmawati, M.Farm,Apt

LABOLATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


I. Tujuan

1. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara pewarnaan bakteri

2. Mempelajari cara membuat olesan bakteri yang dibutuhkan dalam pewarnaan bakteri.

3.. Mengamati dan mengidentifikasi bakteri gram positif dan bakteri gram negative.

4.. Mengetahui mcam-macam teknik pewarnaan bakteri.

 

II. LandasanTeori

Sel bakteri tidak berwarna sehingga sulit dan sukar diamati secara langsung. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan dan pewarnaan.

Pewarnaan merupakan cara yang paling sering digunakan untuk membedakan mikroorganisme. Khususnya pada bakteri gram negative dan bakteri gram positif. Kedua bakteri ini dibedakan berdasarkan komponen penyusun dinding sel.

 

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan difensial. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan seperti zat pewarna Kristal violet, larutan iodium, larutan alcohol (pemucat) dan zat pewarna tandingannya (counter strain) berupa zat warna safranin. Hasil pewarnaan pada bakteri gram positif berwarna ungu, sedangkan pada bakteri gram negative berwarna merah.

 

Pewarnaan gram adalah pewarnaan diferensial yang sanat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membrane sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menajdi dua yaitu gram positif dan gram negative. Bakteri gram positif memiiki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan bakteri gram negative mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua membran sel (Manurung,2010)

 

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.

Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay.1994)

Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998).

Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro.1998).

Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya. Zat warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme disekelilingya ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat. Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus. Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial yang memilahkan bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan ziehl neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi kelompok-kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Dwidjoseputro.1998).

Sel bakteri tidak berwarna sehinggga sulit dan sukar untuk diamati secara langsung. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk di identifikasikan ialah dengan metode pengenceran dan pewarnaan.

Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Waluyo, 2004).

Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna negatif (Hadiutomo. 1990).

            Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan didinding sel, membran sel dan sitoplasmasewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat (Dwidjoseputro.1998).

Macam-macam prosedur pewarnaan :

A. Pewarnaan sederhana

Pewarnaan yang sering digunakan untuk mengetahui warna bakteri pewarnaan sederhana terbagi menjadi 2 yaitu pewarnaan asam dan pewarnaan basa.

B. Pewarnaan diferensial

Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan pewarnan tahan asam.

C. Pewarnaan tahan spora

Spora bakteri atau endospora tidak dapat diwarnai dengan teknik pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus.

D. Pewarnaan flagel

Pewarnaan dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak stabil sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.

E. Pewarnaan kapsul

           Pewarnaan menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul  karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga bisa memberikan warna pada latar belakang yaitu berwarna biru gelap 

 Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum(Dwidjoseputro.1998).

Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru melainkan ke dalam latar belakangnya (Lay.1994)

Prinsip pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri ; sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci (Dwidjoseputro.1998).

Prinsip pewarnaan spora yaitu suatu metode pewarnaan yang menggunakan malachite green dan safranin, yang dalam hasilnya pewarnaan akan muncul warna hijau pada sporanya dan warna merah pada sel vegetatifnya (Lay.1994)

 

III. Alat dan Bahan

 

3.1 Alat :

·         Mikroskop

·         Beaker glass

·         Cover glass

·         Pembakar Bunsen

·         Pipet tetes

·         Object glass

·         Batang ose

 

3.2 Bahan :

·         Bakteri staphylococcus

·         Aquadest

·         Methylene blue

·         Gentian violet 1%

·         Lugol

·         Alcohol 96%

·         Safranin

 

 

 

 

 

 

IV. PROSEDUR KERJA

Pewarnaan menggunakan methylene blue

1. Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose berwarna merah

2. Tunggu sebentar, lalu ambil bakteri staphulococcus menggunakan batang ose sedikit letakkan di atas object glass lakukan fiksasi

3. Lalu diamkan sebentar selama kurang lebih 1 menit

4. Setelah itu tetesi dengan metilen blue sampai bakteri tertutup sempurna kira-kira 1-2 tetes

5. Tutup dengan cover glass, lalu amati dibawah mikroskop.

 

Pewarnaan menggunakan gentian violet

 

1. Bakar batang ose diatas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose sampai berwarna merah (sterilisasi flambir)

2.Tunggu sebentar, lalu ambil bakteri staphylococcus menggunakan batang ose sedikit letakkan di atas object glass lalu lakukan fiksasi (pembakaran bakteri diatas object glass)

3. Lalu, diamkan sebentar kurang lebih 1 menit

4. Setelah itu tetesi dengan gentian violet sampai bakteri tertutup sempurna kira-kira 1-2 tetes.

5. Tutup dengan cover glass

6. Lalu amati di bawah mikroskop dan hasil difoto

 

V. Hasil Dan Pembahasan

5.1 Hasil

1. Hasil pengamatan bakteri staphylococcus dengan pewarnaan sederhana methylen blue

 



2. Hasil pengamatan bakteri staphylococcus dengan pewarnaan gentian violet


 

3. Hasil pengamatan gram menggunakan sampel gentian violet, lugol dan aquadest


 

5.2 Pembahasan

 Dari praktikum yang  telah dilakukan dari pewarnaan bakteri didapatlah hasil seperti pada tabel diatas. Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan. Namun dalam praktikum ini jenis pewarna yang dipakai hanya pewarna Kristal violet saja. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Tujuan pengecatan sederhana ini adalah untuk melihat bentuk sel.

Pada pewarnaan sederhana bakteri Staphylococcus zat pewarna yang digunakan adalah kristal violet. Biakan murni diambil dari tabung reaksi secara aseptik dan diletakkan langsung pada objek glass kemudian difiksasi agar protein bakteri terkoagulasi serta dapat menempel pada objek glass dan tidak ikut tercuci sewaktu dibilas dengan akuades. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah mengamati dalam mikroskop. Dari pengamatan mikroskopis diperoleh sel bakteri berukuran sangat kecil, berbentuk batang (bacil), dan susunan bakterinya adalah berantai dengan warna biru.                      

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal violet dan akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine (Lay.1994).

 

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1  Kesimpulan

Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :

 Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada gram positif berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding selnya. Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana,pewarnaan differensial,pewarnaan spora dan perwarnaan. Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan perwarnaan antara lain : alkohol, carbol fuchsin, crystal violet, nigrosin, malachite green, lugol’s iodida, dan safranin.

 

6.2  Saran

Saat melaukan praktikum, para praktikan harus mengikuti arahan dari dosen ataupun asisten laboratorium agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian alat-alat laboratorium. Praktikan harus memeriksa terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum agar pada saat akan digunakan alat-alat tersebut dapat berfungsi secara maksimal. Sebaiknya pada saat praktikum dilakukan diharapkan untuk mempelajari berbagai macam metode pewarnaan lebih banyak tentang proses dan metode pewarnaan

 

DAFTAR PUSTAKA

Lay,W.B. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Edisi1.jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Dwidjoseputro, D.1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang : Djambatan

Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press

Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga

Dwidjoseputro, D.1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang : Djambatan

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah

UJI KARAKTERISTIK SENYAWA NITROGEN ( AMINA, AMIDA DAN NITRO)

UJI IDENTIFIKASI FENOL MENGGUNAKAN TABLET PARACETAMOL