IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI PADA TABLET METAMPIRON

 KIMIA ORGANIK

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI PADA TABLET METAMPIRON

DISUSUN OLEH:

 

Nama          : Erista Tanjung Rizky

NPM           : F0I020063

Kelas          : 1A

Nama Dosen : Suci Rahmawati, M.Farm,Apt

 

 

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


I.            Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum percobaan identifikasi gugus fungsi pada tablet metampiron yaitu, untuk mempelajari sifat-sifat senyawa organik melaluI identifikasi gugus fungsionalnya

 

II.         Landasan Teori

Fenol atau hydroxybenzene dengan rumus molekul C6H5OH dan memiliki berat molekul sebesar 94, 11 g/mol merupakan komponen campuran yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada cincin aromatik. Pada suhu ruang fenol memiliki ciri fisik berupa kristal putih dan perlahan berubah menjadi berwarna merah muda apabila terkena paparan panas atau cahaya.

Metampiron tidak larut dalam eter, aseton, benzen dan kloroform dan memiliki bobot molekul 351,4. Titik lebur metampiron 172 0C. Larut dalam 1,5 bagian air, 30 bagian etanol. Metampiron memiliki efek analgetik dan sering digunakan sebagai Anti inflamatory Drug (NSAID). Selain itu, metampiron (antalgin) juga bisa digunakan sebagai penekan rasa nyeri serta demam. Agranulositosis alergik merupakan efek samping yang parah dari metampiron karena  Semakin tinggi dosis dan jangka pengobatan, semakin besar pula risikonya (Soewandhi, N, 2007).

    Suatu larutan dengan penambahan indikator warna pada larutan yang diuji kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya adalah metode pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi. Sehingga apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Jika larutan tersebut larutan basa maka harus diberikan asamsebagai larutan ujinya (Khopkar, 1990).

Fenol memiliki bau khas yaitu berbau manis. Dalam kelarutannya, zat ini sedikit sukar larut dalam air pada suhu 0-65 oC dan melarut sempurna pada suhu diatas 65,3 oC. Fenol sangat larut dalam alkohol, benzene, klorofom, eter, dan hampir semua jenis pelarut organik. Fenol juga biasa disebut asam karbolat, asam fenat, asam fenitilat, fenil hidroksida, fenil hidrokksida, atau oksibenezena. (Othmer,1962)

fenol sintetis pertama kali diproduksi dengan proses sulfonasi benzene. Sekarang, 99% industri di seluruh dunia memproduksi fenol sintetis. Fenol umumnya digunakan sebagai resin untuk pembuatan peralatan rumah tangga. Produksi fenol mencapai 6,4 juta matrik ton per tahun. Sejauh ini fenol di Indonesia belum di Produksi. Kebutuhan impor fenol sesuai data Badan Pusat Statistik Indonesia dari tahun 2013 hingga 2017 mengalami peningkatan, sebesar 0,032%. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan fenol dalam negeri, harus mengimpor dari negara lain. Indonesia paling banyak mengimpor fenol dari Negara Jepang, Amerika Serikat, Jerman dan Korea. (Badan Pusat Statistika)

      Titrasi Iodometri merupakan suatu metode pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi diperoleh dengan penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan dari sifat larutan yang diuji (Pratama, A, 2008).

 

III.           Alat dan Bahan

Alat :

1.      Bunsen

2.      Kaki tiga

3.      Enam buah tabung reaksi

4.      Beaker glass

5.      Gelas ukur (5ml)

6.      Spatel

7.      Pipet tetes

Bahan :

1.      Urea

2.      Kapur barus

3.      Kertas lakmus/kertas ph

4.      H2SO4

5.      NaOH

6.      NaNO3

7.      Aquadest

 

IV.           Prosedur Kerja

1.      Ambil metampiron satu tablet lalu gerus

2.      Setelah itu keluarkan dari lumpang masukkan ke dalam beaker glass

3.      Siapkan aquadest 10  ml.

4.      Larutkan dengan aquadest 10 ml

5.      Homogenkan larutan dengan batang pengaduk

Reaksi FeCl3

1.      Ambil 3 tetes larutan metampiron masukkan ke dalam tabun reaksi tambahkan FeCl3 sebanyak 3 tetes.

Reaksi marquez

1.      Ambil 3 tetes larutan metampiron masukkan ke dalam tabung reaksi

2.      tambahkan formalin 3 tetes

3.      Tambahkan asam sulfat pekat 3 tetes

Reaksi fehling

1.      Ambil 3 tetes larutan metampiron masukkan ke dalam tabung reaksi tambahkan fehling A 3 tetes dan tambahkan fehling B 3 tetes

 

V.    Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

No

Percobaan

Hasil

1.

Reaksi FeCl3

Larut

2.

Reaksi marquez

Larutan berwarna orange pucat

3.

Reaksi fehling sebelum pemanasan

Berwarna biru

4.

Reaksi fehling setelah pemanasan

Berwarna biru ke abu-abuan

5.

Reaksi landwehr

Larut dan berwarna kuning

 

5.2  Pembahasan

Pada praktikum uji identifikasi fenol menggunakan metampiron ini membahas tentang identifikasi gugus fenol pada metampiron. Metampiron (Antalgin) bekerja langung terhadap susunan saraf pusat sehingga mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Metampiron memiliki tiga efek utama yaitu sebagai analgesik, antipiretik dan anti inflamasi.

Untuk membuat sampel pada praktikum ini, matampiron digerus dalam mortar atau lumpang, lalu gerus hingga homogen kemudian dimasukan kedalam beaker glass, setelah itu ditambahkan aquadest sebanyak 3 ml dan aduk sampai larut kemudian sampel yang telah dibuat dimasukan kedalam masing-masing tabung reaksi.

Pada reaksi FeCl3 yang dihasilakan yaitu larutPada Reaksi Marquez, sampel yang sudah dibuat ditambahkan dengan formalin sebanyak 1-3 tetes lalu ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1-3 tetes hasil yang di dapat yaitu larurtan berwarna orange pucat. Seharusnya reaksi yang didapatkan adalah terdapat cincin berwarna, factor yang menyebabkan tidak adanya cincin pada reaksi marquez yang dilakukan yaitu karena terjadi perbedaan pada konsentrasi asam sulfat pekat. Pada Reaksi Fehling, sampel ditambah dengan fehling A 1-3 tetes, kemudian sampel ditambah dengan fehling B 1-3 tetes setelah itu dipanaskan diatas hotplate. Hasil yang didapatkan yaitu pada Fehling A, perubahan warna menjadi kuning kebiruan, setelah dipanaskan kuning, menghasilkan endapan warna biru ke abu-abuan. Dan pada Fehling B, perubahan warna putih setelah dipanaskan menjadi putih keruh, menghasilkan endapan kuning

Pada Reaksi Leandwher, sampel ditambahkan dengan  FeCl3 sebanyak 1-3 tetes, Lalu tambahkan NaCO3 1-3 tetes. Hasil yang didapat yaitu perubahan warna kuning keruh, dan tidak menghasilkan endapan

 

VI.           Kesimpulan dan Saran

6.1  Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan yaitu, pada uji identifikasi gugus fungsi terhadap metampiron yaitu, pada praktikum ini sampel yang digunakan yaitu sampel metampiron yang direaksikan dengan formalin, fehling A, fehling B, FeCl3, dan NaOH. identifikasi gugus fungsi ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat senyawa organik melaluI identifikasi gugus fungsionalnya.

6.2 Saran

Saat melakukan praktikum, para praktikan harus mengikuti arahan dari dosen ataupun asisten laboratorium agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian alat-alat laboratorium. Praktikan harus memeriksa terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum agar pada saat akan digunakan alat-alat tersebut dapat berfungsi secara maksimal..

DAFTAR PUSTAKA

Hart, H, 1983, kimia organic. Jakarta : Erlangga

Khopkar S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, terjemahan Saptorahardjo, penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

Anwar. 1994. Kimia organic, Jakarta : Erlangga

Vogel. 1985, analisis anorganik kualitatif kalman, Jakarta : Media Pustaka

Soewandhi, N, 2007, Pengaruh Milling Terhadap Laju Disolusi Campuran Metampiron-Fenilbutason (7:3), Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. IV, No. 2, Agustus 2007, Hal. 2.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah

UJI KARAKTERISTIK SENYAWA NITROGEN ( AMINA, AMIDA DAN NITRO)

UJI IDENTIFIKASI FENOL MENGGUNAKAN TABLET PARACETAMOL