Laporan Praktikum Pewarnaan Jamur dari Sampel Sayur dan Air

Laporan Pratikum

Pewarnaan Jamur dari Sampel Sayur dan Air





DISUSUN OLEH:

 

Nama          : Erista Tanjung Rizky

NPM           : F0I020063

Kelas          : 1a

Semester     : 2

Nama Dosen : Suci Rahmawati, M.Farm,Apt

LABOLATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


I. Tujuan

1. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara pewarnaan jamur 

2. Mengetahui bentuk jamur setelah pewarnaan.

 

II. Landasan Teori

 

Pewarnaan merupakan cara yang paling sering digunakan untuk membedakan mikroorganisme.

Sel amur tidak berwarna sehingga sulit dan sukar diamati secara langsung. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel  jamur sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan dan pewarnaan.

 

Jamur adalah tumbuh-tumbuhan berbentuk sel atau benang bercabang, mempunyai dinding dari selulosa atau kitin atau keduanya, mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak secara aseksual, seksual, atau keduanya. Ada 100.000-200.000 spesies tergantung bagaimana jamur diklasifikasikan, dan sekitar 300 spesies jamur diketahui patogen terhadap manusia.



 Jamur menggunakan enzim untuk mengubah dan mencerna zat organik, seperti hewan dan sebagian besar kuman, untuk hidupnya memerlukan zat organik sebagai sumber energi, sehingga jamur disebut sebagai jasad yang bersifat heterotrop. Hal ini berbeda dengan tumbuh-tumbuhan yang besifat autotrop karena berklorofil sehingga dapat membentuk karbohidrat dari air dan karbon dioksida dengan bantuan sinar matahari. Jamur menggunakan enzim untuk mengubah zat organik untuk pertumbuhannya sehingga jamur merupakan saprofit atau parasit. Pada umumnya jamur dapat tumbuh dengan baik pada tempat yang lembab. Tetapi jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga jamur dapat ditemukan di semua tempat di seluruh dunia termasuk di gurun pasir yang panas.

 

Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang – cabang yang disebut miselium, atau berupa kumpulan benang – benang yang padat menjadi satu. Hanya golongan ragi ( sacharomycetes ) itu tubuhnya berupa sel – sel tunggal ciri kedua adalah jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di dalam evolusi (Waluyo,2016 ).



Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh melebihi jumlah spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan pendapat yang menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh – tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan talus ( thallophyta ), lengkapnya thallophyta yang tidak berklorofil. Ganggang adalah thallophyta yang berklorofil

 ( Waluyo,2016 ).

Sebagian besar mikroorganisme tidak berwarna, maka untuk dapat melakukan pengamatan di bawah mikroskop cahaya, diperlukan pewarnaan mikroorganisme dengan pewarna tertentu. Pewarnaan mikrooganisme pada dasarnya adalah prosedur mewarnai mikroorganisme dengan zat warna yang dapat menonjolkan struktur tertentu dari mikroorganisme yang ingin diamati. Sebelum mikroorganisme dapat diwarnai, mikroorganisme tersebut harus terlebih dahulu difiksasi agar terikat (menempel) pada kaca obyek (microscope slide). Tanpa adanya fiksasi, maka pemberian warna pada mikroorganisme yang dilanjutkan dengan prosedur pencucian zat warna dengan air mengalir akan menyebabkan mikroorganisme ikut tercuci. Ada tiga macam pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana (simple stain), pewarnaan diferensial (differential stain), dan pewarnaan khusus (special stain). Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam pewarna dan bertujuan mewarnai seluruh sel mikroorganisme sehingga bentuk seluler dan struktur dasarnya dapat terlihat. Bahan kimia yang ditambahkan ke dalam larutan pewarna disebut penajam (mordant), contoh pewarna sederhana adalah carbol fuchin dan safranin. Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap bakteri, sehingga digunakan untuk membedakan bakteri. Pewarna diferensial yang sering digunakan adalah pewaranaan Gram, yang diciptakan oleh Hans Christian Gram pada tahun 1884. Pewarnaan ini mampu membedakan dua kelompok besar bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif.

 

 

III. Alat dan Bahan

3.1 Alat :

  •  Mikroskop
  • Object glass
  •  Cover glass
  • Pembakaran Bunsen
  • Pipet tetes
  • Batang ose
  • Cawan petri

 3.2 Bahan :

  • Jamur dari sampel air
  •  Jamur dari sampel sayur
  • Methyline blue
  • Gentian violet
  • Alkohol 96 %

 

IV. PROSEDUR KERJA

 

4.1 Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel air menggunakan methylene blue :

·         Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna merah

·         tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan batang  ose lalu di letakkan di atas objek glass

·         setelah itu tetesi dengan methylene blue sebanyak 1-2 tetes

·         Tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop

 4.2 Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel air menggunakan gentian violet :

·         Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna merah

·         tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan batang  ose lalu di letakkan di atas objek glass

·         setelah itu tetesi dengan gentian violet sebanyak 1-2 tetes

·         Tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop

4.3 Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel jamur menggunakan methylene blue : 

·         Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna merah

·         tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan batang  ose lalu di letakkan di atas objek glass

·         setelah itu tetesi dengan methylene blue sebanyak 1-2 tetes

·         Tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop

4.4 Prosedur kerja pewarnaan jamur dengan sampel sayur menggunakan methylene blue : 

·         Bakar batang ose di atas pembakar Bunsen sampai lingkaran jarum ose bewarna merah

·         tunggu sebentar lalu ambil jamur di dalam cawan petri.buka sedikit saja menggunakan batang ose lalu di letakkan di atas objek glass

·         setelah itu tetesi dengan methylene blue sebanyak 1-2 tetes

·         Tutup dengan cover glass lalu amati di bawah mikroskop

V. Hasil Dan Pembahasan

5.1 Hasil

                                     

Pewarnaan jamur dengan sampel air menggunakan methylene blue

 


Pewarnaan jamur dengan sampel air menggunakan gentian violet

Pewarnaan jamur dengan sampel sayur menggunakan methylene blue

                                                                         


Pewarnaan jamur dengan sampel sayur menggunakan gentian violet

 

 5.2 Pembahasan

 Proses pewarnaan gram pada fungi dapat digunakan untuk mendeteksi komposisi penyusun fungi berdasarkan reaksi gram yang terjadi dalam bentuk perbedaan warna. Menurut pewarnaan gram, fungi yang termasuk dalam yeast termasuk dalam gram positif, sementara fungi yang memiliki hifa atau mold termasuk dalam gram negatif. Hal tersebut dapat terjadi akibat perbedaan ketebalan dinding sel kedua jenis fungi. Dinding sel yeast yang tebal mengikat erat pewarna crystal violet iodine dan menahannya agar tidak dapat keluar pada saat proses decolorization Karena waktu yang digunakan decolorization tidak cukup lama untuk memberikan crystal violet -iodine kesempatan keluar dari dinding sel yang tebal. Hal tersebut menyebabkan yeast akan terwarnai menjadi ungu setelah pewarnaan gram dan dapat dikatakan sebagai gram positif. Namun, hal tersebut belum bisa dipastikan karena tidak ada peran reaksi kimiawi yang terjadi di dalam sel yeast (Mohan, 2009).

 Hifa pada mold memiliki dinding sel yang lebih tebal dibandingkan dengan yeast, namun dalam pewarnaan gram, mold disebut sebagai gram negative karena terwarnai oleh safranin. Hal tersebut disebabkan karena pewarna utama gram yaitu crystal violet tidak dapat menembus dinding sel mold sehingga pewarna yang masuk hanya iodine. Padahal, iodine tidak cukup kuat tanpa pewarna crystal violet. Pada proses decolorization, larutan decolorization dapat merusak dinding sel yang tebal pada mold sehingga safranin dapat masuk dan hasilnya hifa akan berwarna merah muda dan disebut sebagai gram positif (Mohan, 2009).

 Pewarnaan yeast dapat dilakukan dengan metode pewarnaan sederhana, salah satunya menggunakan pewarna methylene blue. Pewarna tersebut akan menghasilkan warna biru pucat apabila digunakan konsentrasi yang rendah 0,1 – 0,2 % dalam bentuk cair. Konsentrasi tersebut sudah dapat mewarnai struktur internal dari sel yeast dengan baik, namun sebelumnya harus digunakan dalam larutan buffer Fink dan Kuhles untuk membedakan sel yang mati dan masih hidup, selain methylene blue juga dapat digunakan pewarna lain yaitu crystal violettryphan blue dan lainnya (Delfini dan Formica, 2011).

 VI. Kesimpulan Dan Saran

6.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jamur juga dapat berkembang biak pada air dan sayuran yang telah terkontaminasi.

 6.2 Saran

 Sebaiknya praktikan lebih teliti dan hati – hati dalam melakukan praktikum ini. Serta lebih memperbanyak literasi sebagai penambah ilmu pengetahuan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Lay,W.B. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Edisi1.jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Anonim A.2011.http://H:/MAKALAH IAD.Com.Fungi ( Jamur ). Diakses  tanggal 3 April  Pukul 04:26 WIB

Anonim B.2011.http://H:/MAKALAH IAD.Com.Aspergillus. Diakses tanggal 3 April. Pukul 04:27 WIB

Dwidjoseputro,D.2010.Dasar – Dasar Mikrobiologi.Jakarta : Djambatan.

Gandjar,Indrawati.2013. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Waluyo, Lud.2016.Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press.

 

 

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah

UJI KARAKTERISTIK SENYAWA NITROGEN ( AMINA, AMIDA DAN NITRO)

UJI IDENTIFIKASI FENOL MENGGUNAKAN TABLET PARACETAMOL