Laporan Pratikum Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik

 Laporan Pratikum

Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik





DISUSUN OLEH:

 

Nama          : Erista Tanjung Rizky

NPM           : F0I020063

Kelas          : 1a

Semester     : 2

Nama Dosen : Suci Rahmawati, M.Farm,Apt

LABOLATORIUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI D3 FARMASI

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


I. TUJUAN

    Untuk mengetahui teknik uji kepekaan bakteri, dan mampu melakukan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik.

II. LANDASAN TEORI 

    Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM (Anti Mikroba) sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.

    Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. 

    Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efekif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau non bakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam ke efektifan nya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Ke efektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

    Penggunan antibiotik sebagai obat dari penyakit yang disebabkab mikroorganisme terutama bakteri sangatlah ampuh. Oleh karena itu antibiotik digunakan secara luas dan umum. Penggunaan antibiotik yang terus menerus menyebabkan berkembangnya resistensi mikroorganisme terutama bakteri terhadap antibiotik. Resistensi tersebut dapat disebabkan oleh suatu faktor yang sudah ada pada mikroorganisme itu sebelumnya atau mungkin juga faktor itu diperoleh kemudian. Resistensi yang diperoleh ini pun disebabkan oleh galur-galur mikroorganisme yang secara genetis telah teradaptasi. Penjelasan lain mengenai terbentuknya resistensi, setidaknya pada beberapa bakteri gram negatif ialah organisme resisten mempunyai gen yang berfungsi untuk melindungi bakteri tersebut dari pengaruh antibiotik. Gen resisten ini dapat dipindah sebarkan melalui konjugasi, transformasi dari bakteri lain selama berlangsungnya pengobatan dengan antibiotik. Gen tersebut atau faktor R ada dalam plasmid, merupakan unit-unit DNA berukuran kecil ekstrakromosonal, dapat memperbanyak diri, dan ekstra-nuklir atau diluar nukleus. Resistensi antibiotik merupakan masalah gawat, dan kini telah dilakukan banyak usaha untuk memahami mekanisme yang terlibat dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Terbentuknya resistensi dapat dikurangi dengan cara: 

1. Mencegah pemakaian antibiotik tanpa pembedaan pada kasus-kasus 

    yang tidak membutuhkannya 

2. Menghentikan penggunaan antibiotik pada infeksi biasa atau sebagai obat luar

3. Menggunakan antibiotik yang tepat dengan dosis yang tepat agar infeksi cepat                sembuh 

4. Menggunakan kombinasi antibiotik yang telah terbukti ke efektifan nya 

5. Menggunakan antibiotik yang lain bila ada tanda-tanda bahwa Organisme tersebut menjadi resisten terhadap antibiotik yang digunakan semula 

    Tiap spesies atau galur mikroorganisme memiliki tingkatan kerentanan yang berbeda-beda terhadap antibiotik dan kerentanan tersebut dapat berubah selama masa pengobatan. Oleh karena itu diperlukan suatu uji kerentanan terhadap mikroorganisme terhadap antibiotik.

    Antibiotik umumnya dibuat dari kapang, misalnya Penicillium notatum, Penicillium  chisogenum, dan lain sebagainya. Antibiotik yang dihasilkan Penicillium sp, dikenal sebagai penisilin. Ketahanan bakteri terhadap antibiotika dilihat berdasarkan daerah hambatnya. Daerah hambat tersebut adalah: 

1. Daerah hambat dengan diameter lebih dari 30 mm menunjukkan bahwa bakteri tersebut peka terhadap antibiotika. 

2. Daerah hambat dengan diameter antra 20-30 mm menunjukkan bahwa bakteri tersebut agak resisten terhadap antibiotika. 

3. Daerah hambat dengan diameter kurang dari 20 mm menunjukkan bahwa bakteri tersebut resisten terhadap antibiotika. 

    Antibiotik maupun jenis-jenis antimikroba lainnya telah umum dikenal dikalangan masyarakat. Penggunaan dari antibiotik dan antimikroba ini pun telah meningkat, seiring dengan bermunculannya berbagai jenis infeksi yang kemungkinan ditimbulkan oleh jenis bakteri baru ataupun virus baru. Kenyataannya adalah bahwa penggunaanya dikalangan awam seringkali disalah artikan atau disalah gunakan, dalam artian seringkali penatalaksanaan dalam menangani suatu jenis infeksi yang tidak tepat, yang berupa pemakaian antibiotik dengan dosis dan lama terapi atau penggunaan yang tidak tepat, karena kurangnya pemahaman mengenai antibiotik ini sendiri. Hal ini pulalah yang kemudian hari merupakan penyebab utama dari timbulnya resistensi dari obat-obat antibiotik maupun antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu. Obat-obat antimikroba efektif dalam pengobatan infeksi karena kemampuan obat tersebut membunuh mikroorganisme yang menginvasi penjamu tanpa merusak sel.

    Penggunaan atau pemberian antibiotik sebenarnya tidak membuat kondisi tubuh semakin baik, justru merusak sistem kekebalan tubuh karena imunitas bisa menurun akibat pemakaian nya. 

    Antibiotik hanya melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja melawan infeksi virus. Antibiotik yang diperlukan untuk mengobati infeksi virus malah bisa membahayakan tubuh. Hal ini karena setiap kali dosis antibiotik diambil virus tidak terpengaruh, malah sebaliknya, terjadi peningkatan kekebalan bakteri terhadap antibiotik. Bakteri yang kebal dengan antibiotik tidak dapat dibunuh dengan obat tersebut pada dosis yang sama. Inilah sebabnya mengapa setiap orang harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter sebelum mengambil antibiotik. 

    Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas anti bakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Waluyo, 2000). 

    Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba (Djide, 2001). 

    Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitif ke keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan resisten adalah suatu keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotik (Djide, 2001). 

    Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba atau antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adaya mutasi spontan (resisten kromonal) dan resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten (resistensi ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme genetik atau non-genetik (Djide, 2001). 

    Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak teratur, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut, maka cara pemakaian antibiotik perlu diperhatikan (Djide, 2001). 

    Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: Terracvcline, Ervtromycin, dan Streptomycin. Tetracvcline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Djide, 2001).

    Antibiotik adalah segolongan senyawa alami atau sintetis yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses biokimiawi di dalam suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan serta reproduksi bakteri (Utami, 2012)

    Berdasarkan kegiatannya, antibiotik menjadi dua golongan besar, yaitu:

· Antibiotik yang mempunyai kegiatan sempit (Narrow spectrum) Antibiotik golongan ini bersifat aktif terhadap beberapa jenis bakteri.Termasuk golongan ini misalnya penisilina, streptomisina, neomisina, basitrasina, polimisina B dan sebagainya.

· Antibiotik yang mempunyai kegiatan luas (Broad spectrum) Antibiotik yang dapat mematikan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.Antibiotika golongan ini diharapkan dapat mematikan sebagian besar bakteri, termasuk virus tertentudan protozoa.Termasuk antibiotika broad spectrum ialah tetrasiklina dan derivatnya, kloramfenikol, dan ampisilina (Irianto, 2013).

    Menurut Waluyo (2008), pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika dilakukan dengan cara :

· Cara Cakram (Disc Method ) menggunakan cakram kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami kuman yang akan diperiksa, kemudian di inkubasi. Apabila tampak adanya zona hambatan pertumbuhan kuman disekeliling cakram antibiotik, maka kuman yang diperiksa sensitif terhadap antibiotik tersebut. Cara ini disebut juga cara difusi agar, yang lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.

· Cara Tabung (Tube Dilution Method), membuat penipisan antibiotik pada sederetan tabung reaksi yang berisi perbenihan cair. Ke dalam tabung-tabung tersebut dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dankemudian dieram. Dengan cara ini akan diketahui konsentrasi terendah antibiotik yang menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC)

· Cara penipisan seri agar lempeng. Pada umumnya cara ini hampir sama dengan cara tabung atau penipisan kaldud.

· Pepton, perbedaannya terletak pada media yang digunakan yaitu pada cara ini menggunakan media padat. Kelemahan cara ini adalah tidak dapat digunakan untuk semua jenis bakteri. Untuk beberapa bakteri tertentu seperti bakteri yang membentuk koloni yang sangat halus dalam media agar kaldu pepton (contoh : Streptococcus) atau bakteri yang akan menyebar pertumbuhannya dalam media padat (contoh : Proteus) cara ini tidak dapat digunakan.


III. ALAT DAN BAHAN

3.1.  Alat

2. Cawan petri

3. Erlemeyer

4. Tabung reaksi

5. Rak tabung reaksi

6. Gelas ukur

7.  Vortex mixer

8. Pipet tetes

9. Batang ose

10. Lampu spritus

11. Inkubator

 3.2. Bahan:

· Aquadest

· Nutrient agar (na)

· Antibiotik

· Alkohol

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

· Prosedur percobaan sterilisasi alat – alat laboratorium

1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Bungkus semua alat laboratorium yang ingin disterilkan menggunakan koran

3. ​kemudian, masukan ke dalam wadah autoclave dan tutup hingga rapat.

4. Setelah tertutup rapat, nyalakan autoclave dan tunggu hingga 15 menit dengan suhu 121°C dan tekanan sebesar 1 atsmosfer.

5. Ketika telah mencapai suhu terebut, matikan autoclave dan bukalah katup uap udara tersebut agar uap udara yang ada di dalam akan keluar dan alat yang berdada di dalam tersebut tidak akan langsung meledak saat dibuka.

6. Setelah uap udara telah keluar, buka klip autoclave tersebut dan keluarkan alat – alat laboratorium yang telah disterilkan. Pada saat mengeluarkan alat – alat tersebut pastikan tangan, adah atau tempat untuk menaruh alat tersebut dalam keadaan steril.

· Prosedur percobaan:

1. Panaskan Na hingga mencair

2. Siapkan antibiotik yang akan digunakan disini menggunakan amoxicilin 1gram, 2gram dan 1,5 gram gerus masing - masing antibiotik

3. Masukan antibiotik ke dalam tabung reaksi

4. Tambahkan aquadest sebanyak 10ml lalu homogenkan menggunakan vortex mixer

5. Ambil satu sengkelit biakan bakteri masukan ke dalam nutrient broth

6. Celupkan kapas usap ke dalam suspensi bakteri dan oleskan pada permukaan agar secara merata

7. Masukan kertas yang telah di potong kecil ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah berisi aquadest dan anti biotik kemudian letakkan di atas cawan petri tandai masing-masing kertas dengan kontrol (-)10%, 15% dan 20%. Inkubasi pada suhu 37oc selama 24 jam .

8. Setelah selesai di inkubasi amati hasil nya apakah terdapat zona bening atau tidak.


V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil








5.2 Pembahasan

    Pada praktikum kali ini dilakukan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika. Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Mekanisme kerja antibiotik antara lain adalah menghambat sintesis dinding sel, merusak permeabilitas membran sel, menghambat sintesis RNA (proses transkripsi), menghambat sintesis protein (proses translasi), menghambat replikasi DNA.
    Prinsip dari percobaan ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar daerah yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif. Pada percobaan ini medium yang digunakan adalah medium NA (Nutrien Agar), karena medium ini dispesifikasikan untuk pembiakan bakteri.




VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
    
    Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Uji antibiotik mikroba adalah pengujian suatu antibiotik terhadap pertumbuhan mikroba.
2. Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya.

6.2. Saran

    Diharapkan untuk selanjutnya, percobaan ini dapat dipraktekan agar praktikan dapat menguji kepekaan bakteri terhadap antibiotika dengan benar. dan dalam kondisi pandemi covid-19 seperti ini, kita harus tetap mematuhi protokol kesehatan, dan tetap selalu menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar.


DAFTAR PUSTAKA


Dwidjoseputro, D. 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi Djambatan, Jakarta.

Gama, P.M., dan Sherrington, K. B., 1992, Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan,                         Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua, Yogyakarta, UGM-Press

Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas                Kedokteran Universitas Indonesi, Jakarta.

Jawetz, G., Melnick, J.L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi                           Kesehatan, Jakarta,EGC.

Pelczar, Michael J, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah

UJI KARAKTERISTIK SENYAWA NITROGEN ( AMINA, AMIDA DAN NITRO)

UJI IDENTIFIKASI FENOL MENGGUNAKAN TABLET PARACETAMOL